Arsip Puisi Penyair Madura (Se)-Indonesia

Full width home advertisement

PUISI INDONESIA

PUISI MADURA (SANJA')

Post Page Advertisement [Top]



Lukisan: Lee Man Fong di atas kanvas 1200 × 600


HIKAYAT LAUT

langit lembab
awan bergelantungan berayun-ayun
dimainkan angin dari barat

laut yang senantiasa menyimpan gelombang
sewaktu-waktu menerkam dengan begitu garang
lalu, apakah nyawaku di laut itu juga mengambang?

antara barat dan timur
napasku digenggam
berhari-hari mengayuh perahu
dari waktu sampai ke subuh
keringat mengucur membungkus tubuh

tapi ikan-ikan itu telah berenang setengah lelah
setelah semalam kulempar doa dari sebaris bismillah


SAPI KARAPAN

aku mendengar tangismu dari dalam kandang
angin mati di ujung reranting

“jangan lukai aku dengan angkuhmu
demi kemenangan semu,” eranganmu mengiris begitu tipis.
air matamu senantiasa menggelinding
sampai matahari memanjat di langit

bersiaplah punggungmu sebentar lagi akan dicangkul
dengan pisau setajam amarah

dan berlarilah secepat angin
agar luka cepat mengering

“kepada siapa sakit ini
mesti kukutuk?
karena bumi masih kupijak
langit berwarna biru
dan engkau tak mau tahu
darah deras terus bercucuran sampai dalam kandang.”
sapi karapan itu seperti sudah meminta mati
lelah hidup tiada bertepi


POHON SIWALAN

daun siwalan digoyang angin
seekor laron hinggap diserang dingin

Angin bergerak ke selatan
aku memanjati pohon siwalan
seperti lelah hidup di tengah jalan

mayang menetes
seperti air susumu ibu
mengalir ke tenggorokanku
menuntaskan rindu yang menggebu

di samping rumah pohon siwalan tumbuh
berabad silam sebelum bulan jatuh


SLOPENG

angin gusar
gelombang beringas berpasang-pasang
menerkam pasir yang dibentang
di atasnya cinta kita terekam

daun nyiur melambai
menembangkan gemerisik angin
datang dari utara
di bawahnya kita duduk berdua

langit bergetar
laut terbakar
menyaksikan lelaki dan wanita bercumbu
meninggalkan dosa yang tak kunjung dibasuh

Oi, bila laut murka
jangan salahkan bumi yang sudah lelah
dengan pangkal pahamu yang selalu basah


HIKAYAT GARAM

air laut yang terlelap di tambak
dikunyah dari waktu ke waktu
kelak kusebut asin garam
seumpama hidup yang kelam

lalu bagaimana kau mencibir?
jalan hidupku yang senantiasa ketir

garam di rumahmu
bercampur keringatku yang lama dikekalkan waktu

apakah kau masih berhasrat menindasku?
angin tiba-tiba enggan menggoyang tambak garam


LESSAP

mungkin, anyir darah dari tubuhmu
tak mampu dihirup aromanya
sampai waktu yang pengecut menyebut pembangkang

sementara angin dan daun bersaksi
kelak kematianmu akan direnungkan
dan kuburmu dilapangkan
bahwa orang-orang tetap mengirim doa
atas lelah di medan laga mengusir penjajah

berkat angin yang senantiasa bergoyang di ujung daun
kini matimu digenggam sejarah
sebagai kota tempat orang-orang melihatmu berdarah
mempertahankan Madura

Bangkalan, muasal matimu yang diabadikan
tangis langit menurunkan air mata
pada tanah atau darah tubuhmu yang basah
membasuh dosa-dosa

Ke Lessap, di atas kuburmu yang tumbuh seribu bunga
kutitip doa pada sehelai daun di atasnya
lantaran aku tahu, engkau pahlawan bukan pecundang
nyala rembulan di dadamu berpendar di medan perang

dalam begini, masih ada yang mengutuk
matimu dianggap buruk
tapi siapa yang tahu
kalau dirimu sedang di sorga
menertawakan orang-orang yang terus bertengkar
tentang pada siapa kau berpihak?
angin yang dulu mengantarmu ke pintu sorga
sudah terlelap di atas pusaramu
menjaga doaku yang diperam selembar daun kemboja


SUNGAI CAMPOAN
airnya mengalir dari telapak zikir
menyimpan seribu doa
penawar bagi yang luka
ikan-ikan yang berenang dikirim dari sorga
kecipak-kecipuknya menenteramkan jiwa raga

Sungai campoan, bagaimana rindu dipertemukan?
dalam satu ladang antara hatiku dan hatimu
yang pada akhirnya kita menjadi sungai panjang
sejauh mata memandang

orang-orang mandi membasuh diri
mengelupas dengki
karena hati perih
sebab jauh dari kekasih


Zainul Muttaqin Lahir di Sumenep Madura 18 November 1991. Cerpen dan Puisinya tersiar di sejumlah media nasional dan lokal. Seperti; Jurnal Nasional. Femina. Nova. Republika. Suara Merdeka. Padang Ekspres, Sumut Pos, Radar Lampung, Kuntum. Almadina. Joglo Semar. Banjarmasin Post. Merapi. Radar Surabaya. Kabar Madura. Suara Madura  Koran Madura dll. Salah satu penulis dalam antologi cerpen; Dari Jendela yang Terbuka (2013) Perempuan dan Bunga-bunga (2014).Gisaeng (2015) Tinggal di Madura. Email; lelakipulaugaram@gmail.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bottom Ad [Post Page]

| Blogger Templates - Designed by Colorlib