Arsip Puisi Penyair Madura (Se)-Indonesia

Full width home advertisement

PUISI INDONESIA

PUISI MADURA (SANJA')

Post Page Advertisement [Top]

Sumber gambar: wallpaperbetter

YAM SAN HOO

Yam San Hoo dalam lamunan
seperti akan terpental kembali pada muasal
kusebut demikian
sejak ikhtiar luput dari dugaan

Ini bukan permainan nasib
ketika kami para petani istikharah tiga bulan lamanya
meramal petunjuk agar lepas dari kebimbangan
maka pada hati yang senyap
keputusan membias hasrat
hujan tak jadi
mendung tak jadi
panen juga tak jadi

Kembali kususuri silsilah pematang
daun-daun itu luruh tak bisa ditafsirkan
kutelan ludah, sesekali tersedak
manakala anak-anak menagih mainan baru
sepeda baru, sepatu baru, seragam baru
dan beberapa tagihan lain di sekolahnya yang baru

Kini aku lebih banyak melamun
memikirkan hikayat musim
menyerah tanpa mengucapkan salam

Agustus - September - Oktober mengusap pipinya
yang nyaris berimbang dalam selisih air mata
perlahan satu langkah menuju nopember
gema shalawat nabi mengurai pokok diri
kami sudah lupa dan mengamini

Yam San Hoo dalam lamunan
seperti akan terpental kembali pada muasal
kusebut demikian
sebab istikharah telah selesai

Pamekasan 2019

PEREMPUAN BERSOLEK MAYANG #1

Perempuan bersolek mayang
aku menyebutnya demikian
seperti sajak mawar dan gerimis
susup memendam kata-kata
kadang memuji kadang menyakiti

Maka di halaman pertama
kususun pecahan doa sebagai tanda cinta
agar sajak yang akan kita tulis
tuntas memaknai mawar dan gerimis

Begitulah kau kurumuskan
perempuan bersolek mayang
kiranya, adakah yang lebih detak selain dada
kecuali namamu semua tampak biasa

Perempuan bersolek mayang
aku rapalkan namamu ke langit
saat air mata menggerimis
dan senja menjelma tangis

Pamekasan 2019

PEREMPUAN BERSOLEK MAYANG #2

Ia mencatatkan nama perempuan itu pada daun
seperti percintaan hanya sebentar menjelma rimbun
kelak jika ranggas mulai turun
maka tanah akan menerima dengan tabah
untuk mengemaskannya menjadi kisah

Daun dan tanah adalah waktu
ada yang menunggu ada yang mengurai rindu
selebihnya akan tertakar menuju abu

Ia rela bertukar tempat dengan senja
tanpa bertanya seberapa lama ia mengasuhnya
sebelum kemarau mengucap dahaga
dan maut memulangkan duka

Perempuan bersolek mayang
cuaca susup memecah percintaan
ikrar daun dan tanah takluk kemudian
ia pun tunduk tak habis dikenang
sejenak merahasiakannya dalam angan

Pamekasan 2019

Sugik Muhammad Sahar, lahir dan tinggal di Pamekasan. Alumnus Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Madura. Selain menulis puisi berbahasa Indonesia dan berbahasa Madura ia juga tercatat sebagai salah satu pendiri “Sivitas Kotheka” Pamekasan yang bergerak di bidang literasi dan kebudayaan. Buku antologi puisi tunggal “Sangkolan” (2018). Karya-karyanya pernah dipublikasikan di Radar Madura, Koran Madura, Koran Tempo, Radar Malang, Malang Post, Sastra Sumbar, Padang Ekspres, Budaya Haluan Padang, Harian Budaya Rakyat Sultra, Radar Surabaya, Banjarmasin Post, Riau Post, Solo Post, Warta Simalaba, Radar Mojokerto, Radar Banyuangi, Majalah Santarang Kupang, Lini Fiksi Edisi 69, Majalah Jokotole dan lain-lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bottom Ad [Post Page]

| Blogger Templates - Designed by Colorlib