Arsip Puisi Penyair Madura (Se)-Indonesia

Full width home advertisement

PUISI INDONESIA

PUISI MADURA (SANJA')

Post Page Advertisement [Top]


Sumber gambar: g/ instamood.net

DOA MINTA HUJAN

aku berlindung kepada tubuhmu
dari godaan payung yang terkutuk

dengan menyeru namamu
yang diperam celah tanah

kunyanyikan segala madah
segala sunyi reranting dan senyap angin

ketika tangan-tangan pepohonan terkulai
merangkai lambai walau lambai tak sampai

hanya telapak serupa telaga
menadah salawat tiada berhingga

hanya suara serupa sepi
menyahutmu tanpa tapi

tapi sumur tinggal lumpur
tapi sungai menjadi kubur

sawah-sawah mati, tapi
ladang-ladang kosong, tapi

di langit yang bersih kusam, tapi
sia-sia matahari mencari tempat sembunyi

di taman kota itu, tapi
sepasang kekasih menyumpahi debu pada bangku batu

dan sebagai debu, tak jemu aku
menunggumu menghapusku

menunggumu
menghapusku.

EMPAT KWATRIN MUSIM GETIR

i
orang orang, ularular dan sisa belukar
merimbuni kulit kasar bukit lancaran
bersiram purnama memancar mancar
melembutkan kemarau mengundang hujan

agar sembuh luka gagal tembakau
biar penuh suka gegap lebaran
lupa pada laylatul qadar yang memukau
lena akan utang modal tak terbayar

tapi sudah sekian lama matahari
timbul tenggelam terhanyut banjir bandang
sedang gerimis kian senang menari
di terik siang

ramalan cuaca
meramaikan kedai kedai kopi
di antara sengkarut komposisi angka tak terbaca
pada kartu kartu togel tempat terakhir menyemai mimpi

ii
rimbun orang, ular dan belukar
disisir udara yang gemetar
membangkitkan angin dari lubuk kalbu
menjaring mendung ke balik bintang seribu

ketika telapak telapak daun
di batang kering jagung
luruh lunglai menyentuh tanah
yang mengeras memeram amarah

bumi seperti lambung sapi
penuh berisi api
dan di lumbung padi
tikustikus mati

iii
getar orang, ular dan belukar di bukit lancaran
gagap menatap padang padang cahaya
kala gelap disingkapkan
di cakrawala

tinggal sebersit iman
ke mana harap akan ditautkan
setelah pupuk, pestisida dan benih hibrida
pun musim yang tak lagi ada

iv
seumpama setiap tetes air dan peluh
yang terserap kembali ke dalam tubuh tetap utuh
biarkanlah dari bukit lancaran sungai mengalir jauh
ke ujung harap nun di sebalik subuh

Bengkel Puisi Annuqayah, 2007

SECANGKIR KOPI SEKENTAL RINDU

ketika kau serupa rindu
kuhirup ruap kopi senikmat harum tubuhmu
seteguk kafein sekental ludahmu
deraskan darahku di sungai sungai waktu

jantung berdegup kencang
memompa badai dari lubuk lautan
tempat paling tenang
mengendapkan kenangan

serbuk kenangan teraduk jadi mimpi
sepekat dan sepahit kopi
tenggelam aku
bagai tersesat dalam lebat gerai rambutmu

mengurai hitam semesta
melupa segala warna
sampai terbit inti cahaya
di ufuk jiwa

fajar
dari mana hari dan hasrat bermula
memancar
seterang senyummu yang menyala nyala

dan karena kau serupa rindu
kala di dasar cangkir tinggal ampas kelam membeku
yang tersisa tetap saja ingin
meregukmu tak dingin dingin

Gambar: doc/ arsippenyairmadura
M. Zamiel El-Muttaqien, penggerak kesastraan di pesantren. Salah satu pengasuh PP. Annuqayah ini menulis esai, puisi dan cerpen. Karya-karyanya pernah terbit di pelbagai media massa. Mendirikan komunitas Bengkel Puisi Annuqayah di lingkungan PP. Annuqayah, Guluk-Guluk, Sumenep. Semasa hidupnya, kerap menjadi penyaji pada diskusi-diskusi kecil dan workshop literasi di daerah Sumenep dan sekitarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bottom Ad [Post Page]

| Blogger Templates - Designed by Colorlib