Arsip Puisi Penyair Madura (Se)-Indonesia

Full width home advertisement

PUISI INDONESIA

PUISI MADURA (SANJA')

Post Page Advertisement [Top]



AREK LANCOR

I
Di tugu itu . ..
Aku ingin mencari akar dan jejak
Di antara tajam dan kilat mata serdadu
Bekas anak-anak pagi main perang-perangan
Dengan petasan bambu, juga katepel kayu
Celurit ini punya siapa?

II
Di pantai itu . ..
Jangan sebut lagi lautan garam
Meski berabad-abad bulir-bulir mutiara
Tertimbun sebagai madu segara
Ah, sudah kuduga
Tak elok lagi menjadi puisi, apalagi prosa
Lalu kita berkata: kenang lah sebagai yang lampau

III
Tak ada berita kemenangan hari ini
Koran-koran mengabarkan duka
Ada bekas cambuk paku di halaman pertama
Melukai punggung sapi kerapannya
Tersebab sederhana saja
Lupa dipasang selendang di kepala

IV
Anak-anak pagi dengan seragam sekolah
Kulihat pistol bamboo di tangan sebelah
Yang pelurunya telah dibacakan mantra serapah
Menembus petak sawah
Menembus luhur tanah
Tapiyang luka adalah kau dan aku

Pamekasan 2017



JIKA KAU BERTANYA

Aku
Anak-anak kerapan
Di jiwa, tanduk logam
Membajak bukit garam
Bagi dada kerontang

Pamekasan 2017



SANGKOLAN

Siapakah dalam nestapa berani
Merindukan syair-syair negeri sendiri
Sudahlah, tak perlu lagi kau dengarkan sajak kusam ini
Selipkan saja di kain kafan para petani
Sebelum pesan benar-benar disudahi
Padahal kau tak tuli
Sudahlah, di tanah itu
Jangan sebut lagi ladang tembakau
Yang pada tiap tangkai emasnya
Hanya mampu ditebus tengkulak keringat
Padahal kau melihat

Di luar sana
Anak-anak sibuk membuat layangan
Aku ingin menerbangkan cita-cita, katanya
Tapi mereka sudah terlanjur mabuk
Dari gelas-gelas anggur yang kau tuang ke bubung mimpi
Dan membuat simpul mata tali
Putus sebelum benar-benar meninggi

Kampung dikepung
Gunung digulung
Sumsum dipasung
Adakah yang mampu menyempurnakan
Sabit jadi purnama, ah

Ada kata yang tersekap di pintu Suramadu
Mungkin itu rindu, membeku
Tapi kita tetap berangkat menuju hulu
Menggantinya dengan poster berwajah gentayangan
Menguburnya dengan aneka isyarat perjanjian
Bahwa: Tidak ada yang menanti siapapun
              Kita akan pergi sendiri
              Menggulung angan sendiri
              Menemukan diri sendiri
              Kusut dengan penyesalan yang tak mampu diperbaiki

Sangkolan ini hanyalah basi igauan
Di saat mana kita selesai makan

Pamekasan 2017
            
Sugik Muhammad Sahar, lahir di Pamekasan 30 Mei. Alumnus Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Madura. Menulis puisi menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Madura. Pada tahun 2017 karya-karyanya pernah dipublikasikan di Radar Madura, Sastra Sumbar, Padang Ekspres, Jawa Pos, Haluan Padang, Rubrik LiniFiksi, Rubrik Sastra dan Budaya Harian Sultra, Banjarmasin Post, dll. Kini menetap di kampung halamannya sendiri. Bergisat di Sivitas Kotheka Pamekasans

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bottom Ad [Post Page]

| Blogger Templates - Designed by Colorlib