Arsip Puisi Penyair Madura (Se)-Indonesia

Full width home advertisement

PUISI INDONESIA

PUISI MADURA (SANJA')

Post Page Advertisement [Top]

Diambil dari abtract painting.

SEPERTI NAMAMU

Seperti namamu, kekasih
Suara angin yang berkesiur
Melindap ke tengah malam
Memecah mimpiku di atas ranjang

Aku terjaga
Tersekat di antara waktu yang remang:
Jam dua belas tiga puluh
Berdetak mendentangkan namamu
Di bawah sayap bulan

Sampai langit mendenyutkan satu puisi
Di atas lindap namamu
Yakni, sesuatu yang telah biasa
Kusebut dengan rindu

Sumenep, 2015


EPISODE BAYANGAN

Dilarutkannya bayangan itu
Ke dalam segelas minuman
Ada dingin yang tak sampai kepada peluk
Menggelisahi rindu di sudut ufuk

Ia melemparnya
Pada sebuah jendela yang terbuka
Ada geriap mata bulan berkelebat
Melesap seperti kelelawar
Menelusup ke dalam kamar

Kemudian, dibantingnya bayangan itu
Ke balik pintu
Menutup sunyi
Sampai pagi

Sumenep, 2015


SEBUAH TANDA

Aku memanggilmu dari jauh
Atas nama malam yang panjang
Mengulurkan seratus ribu jarak
Ke mata bulan berwarna perak

Pada jendela kamar
Ada bahasa yang samar-samar
Mengungkapkan satu isyarat
Tentang kematian yang tersirat

;Sepanjang rindu-rindu yang tergelar
Masih tak kutemu pintu keluar
Menuju dirimu

Maka, datanglah
Meski sekedar bayang
Agar hujan di kamarku
Menemukan muara rindu ke tubuhmu

Sumenep, 2015


DI TEPI LAUT

Di tepi laut
Aku bermula
Memecahkan tangis pertama
Melebur bersama ombak yang bersajak

Di tepi laut
Aku membaringkan badan
Mengasah usia
Kemudian, ibu membangunkanku
Menuntunku berjalan di tepian sungai yang berpasir

Sedangkan ombak yang gemuruh itu
Adalah darahku
Tumpah ruah sepanjang waktu
Dan kelak akan hanyut sampai ke muara
Tenggelam bersama senja

Sumenep, 07 Januari 2015


SUATU SORE, PADA SEBUAH TAMAN

Dari balik senja
Aku mencium harum bunga-bunga
Yang gugur ke matamu
Menyemerbak ke dalam puisi

Pada lampu taman yang mulai menyala
Aku mengintip bayangmu
Berpendar sampai ke langit
Yang menyisakan warna hujan

Dari balik senja
Aku masih mengenali suaramu
Seperti kicau burung merpati
Melarung sukmaku
Kemudian menukik
Di antara dahan dan reranting pohon kenanga

Pada bangku taman yang mulai ditinggalkan
Aku menyebutmu sebagai kepergian
Tak lebih seperti surup senja
Melenyapkan bayangan di balik sebuah nama

Sumenep, 2014-2015

RIMBA KATA

Aku tersesat, jauh dari rumah
Terkurung di lembah kata
Ada sekawanan burung-burung
Mengirim bermacam suara yang memabukkan

Dimana letak jalan menuju puisi?
Sebaris sepi yang kumainkan di malam hari
Hanya mengungkapkan kengerian belaka
Bergetar di udara

Aku berjalan jauh, menyusuri semak dan belukar
Mencari jalan pulang
Sebagai pengembara yang terlempar
Ke kedalaman rimba kata

Siapa yang bersembunyi di balik puisi
Aku atau hanya sebatas bayangan?
Menggeliat seperti helai daun-daun
Kemudian, jatuh perlahan
Sampai kepada sebuah ketiadaan

Sumenep, 19 Agustus 2015


TERSEBAB PUISI

Tersebab puisi
Aku bisa mengembara
Berlayar bersama perahu-perahu di kejauhan
Menjumpai rumah-rumah tua dan bermacam epitaf
Di negeri seberang

Dan di malam hari, aku jadi sangsai
Segalanya kembali dan meruang dalam diri
Menikam sunyi dari balik pintu
Tak ada siapa-siapa, tak ada yang bicara
Hanya angin yang menggetirkan cuaca

Tersebab puisi
Aku bisa menyaksikan kembali
Geliat bayang-bayang di ujung jalan
Seperti sebuah lagu dari masa lalu
Mencekam, mengiris bulan di atas perahu
Sepanjang pantai dan ombak yang berderai

Sumenep, 2015
Rifky Raya, lahir di Sumenep Madura. Alumnus Pondok Pesantren Annuqayah Lubangsa. Karya-karyanya dimuat beberapa media dan antologi bersama, antara lain: Ketam Ladam Rumah Ingatan (2016), Lubang Kata (2017), The First Drop Of Rain (2017) dll. Saat ini bergiat di Komunitas Pelar Sumenep. Instagram: rifkyraya_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bottom Ad [Post Page]

| Blogger Templates - Designed by Colorlib