Arsip Puisi Penyair Madura (Se)-Indonesia

Full width home advertisement

PUISI INDONESIA

PUISI MADURA (SANJA')

Post Page Advertisement [Top]


Add caption

Menjadi Dewasa

menjadi dewasa adalah kutukan sayang
semua waktu serba menjadi perhitungan
jalan-jalan hanya mengenal pulau kecemasan.

sementara kepala dipenuhi peluang:
antara menyingkirkan dan menciptakan
tapi lupa cara mempertahankan.

menjadi dewasa adalah kutukan sayang
semua ruang termasuk rindu terasa membosankan
sesuatu yang sebenarnya mudah di bilang susah.

dan telinga-telinga mendengungkan rahasia
semua mata menatap penuh curiga
sementara kaki mereka tegak tanpa kuda-kuda.

barangkali mereka lupa bahwa adakalanya
sebuah rencana bisa berubah menjadi bencana
serupa arus listrik: bisa memberi sekaligus mengakhiri.

menjadi dewasa adalah kutukan sayang
semua peristiwa hilang sebelum menjadi kenangan
sementara kesia-siakan mereka bilang sebuah firman.

Cabean, Yogyakarta 2017

 

Medisius

seperti matahari menyusui pagi
aku ingin tinggal di tubuhhmu walau sebentar.

sesebentar embun di sebuah daun
sekedar memastikan dunia masih layak berjalan.

tapi aku adalah penyair
setiap waktu harus menanggung penyakit.

meluap-luap dalam nyeri
menggerap-gerap penuh ngeri.

penyair adalah petaka
setiap saat kerjanya meminum derita.

penyair adalah waktu
setiap saat selalu ditumbuhi hal-hal baru.

penyair adalah penyihir
tanpa bertemu kau bisa menaksir.

maka jangan bermain-main dengan penyair
sebab ia lebih mencintai sesuatu yang tak hadir.

Malam kamis, 04 Mei 2017, Yogyakarta

 

Lubuk Berduri

 melukislah ia seperti kumbang menghisap bunga
dari arsitektur wajah sampai arsitektur darah.

ia jatuh cinta pada sosok ciptaannya
sosok perempuan dalam kertas buku bergaris.

barangkali itu buku sekolah
aku menafsir kelak akan menjadi buku sejarah.

barangkali ia sadar setiap mata menyimpan petaka
maka dipilihlah awan sekaligus petir sebagai alisnya.

di sana hujan menggelegar, tapi tanah tetap gersang
burung-burung terbang  dan lupa jalan pulang.

mungkin ia kelewat sadar kalau bibirnya adalah goa
goa tempat yang selamanya terbuka bagi siapa saja.

maka digelapkanlah seluruh isi mulutnya
seperti luas angan tanpa sekat.

wajah dalam lukisan itu terlihat mengerikan
seperti bekas pelacur yang diderita herpes genital.

di lengan kirinya sebuah jam tangan  melingkar
jari-jarinya sedang mengepal gagang pisau.

di tangan kanannya sebuah apel merah
dan dari sanalah darah mengalir ruah.


Malam rabu, 02 Mei 2017, Yogyakarta

Sengat Ibrahim, pemangku Adat Literasi & Taman Baca Masyarakat di Lesehan Sastra Kutub Yogyakarta (LSKY). Lahir di Sumenep Madura, 22 Mei 1997. Menulis puisi dan cerita pendek. Sekarang tinggal di Yogyakarta. Karya-karyanya pernah dimuat di koran; Medeia Indonesia, Republika, Suara Merdeka, Koran Tempo, Pikiran Rakyat, Kedaulatan Rakyat, Minggu Pagi, Merapi, Radar Surabaya, Banjarmasin Post, Harian Rakyat Sultra, Lombok Post, Medan Ekspres, Harian Sumbar dan LiniFiksi.Com. PoCer.co.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bottom Ad [Post Page]

| Blogger Templates - Designed by Colorlib