Arsip Puisi Penyair Madura (Se)-Indonesia

Full width home advertisement

PUISI INDONESIA

PUISI MADURA (SANJA')

Post Page Advertisement [Top]


Peracik sampul: Joko Sucipto.
Silsilah Tanya

Ayah, siapa namamu?
Siapa nama ibuku?
Apa arti nama kalian?
Kenapa terasa sepi?
Kenapa aku sendiri?
Ayo bermain denganku, ayah!
Jangan pergi!
Ayah jahat!

Silsilah tanya dari kedalaman angan,
akankah terbesit di lubuk hatimu?
Mengungkap sebuah perjalanan
merupakan tempat bersarangnya kebenaran.
Tidakkah kamu tahu bahwa bentuk sesungguhnya
rindu ada pada ketulusan kami?
Sayang kami,

Tertanam di dinding hatimu.
Kekal dan abadi.

Bangkalan, 7 April 2016 


Proses Kelahiran

Panik menerpa masih terbayang,
Berapa banyak air mata yang telah
mengalir menuntun resah gelisah
menjadi tangis kebahagiaan menyambut
malaikat kecilku yang mungil itu kali
pertama menatapku, seolah menyapa batinku.

Ketika sesuara penyeru-Nya diperdengarkan
pada dinding pendengaran yang masih suci,
tangan mungil menggenggam telunjukku, batin
semakin menyatu bahwa kau anakku, aku ayahmu.
Kamu selalu di hati, sayang.

Az Zahra Cahya Nurani kali pertama
Kutemukan nama itu dalam setumpuk kata
yang terlantun dalam benak.
Menjadi Gayatri puspita sari dengan makna
begitu lincah dan ceria.
Seperti sekarang. 


Rindu Ayah

Aku ingin memelukmu, kelembutan.
Agar aku lebih menguasai keadaa
 ruang pikiranmu, dan kutuntun melewati
liuk yang sesaat akan menghempas beban tanya,
"Kapan aku bisa bertemu Ayah? "

"Aku ada tepat di sini, anakku." (Menunjuk dada)
Darah yang mengalir itu adalah jiwaku, bersamamu.

Ketika hal yang mencekam tiba,
Atau kepedihan yang tak cepat berlalu,
Maka pejamkan matamu, nak.
Ingatlah aku dan ibumu.

Lebih-lebih bayangan itu mengarahkan
pandanganmu pada keutuhan,
jalanmu akan ada lilin sebagai petunjuk,
Cahaya itu adalah keadaan hati kami kepadamu.
dan setiap hal akan berlalu,
Seperti jalan kami.
Menemukan penyelesaian yang terbaik. 

Putra Mulya Nurjaya, Pria kelahiran Bangkalan, 1 Mei 1987 ini mengawali perjalanan seninya dengan cukup panjang. Dari basik musik sejak SMP, dan menjelang SMA, ia mengikuti ekstrakurikuler Teater di SMAN 3 bangkalan, saat itu sang Guru besar M.Helmy Prasetya menjadi andil kuat memberi pengaruh positif tentang perjalanan karirnya. Ia dan teman-teman seperjuangan menggantikan kekosongan pelatih di teater Mutiara dan hingga kini, ia ditunjuk menjadi Pembina teater Mutiara SMAN 3 Bangkalan. Jaya, sapa akrabnya juga menjadi pembina  Teater di salah satu sekolah SD di bangkalan. Lulus dari SMA, ia bergabung dengan Komunitas Masyarakat Lumpur tahun 2008 sampai sekarang. Sempat aktif dalam seni karawitan, dan membentuk sanggar seni karawitan PASEBAN. Jaya sering mengikuti workshop-workshop, pelatihan-pelatihan seni, juga lomba-lomba teater, musikalisasi puisi tingkat Kabupaten sampai Jawa Timur. Ia juga pernah meraih 10 penulis terbaik Fragmen Budi Pekerti 2012, ia juga tergabung dalam forum Dewan Kesenian Bangkalan, dalam bidang musik. Disamping kesibukan sehari-harinya menjadi Anggota korps Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Bangkalan, ia juga aktif dalam kelompok Marching band Gita Praja Kabupaten Bangkalan. Dan sekarang, ia sedang mendalami proses karya tulis atas dukungan penuh dari sang Guru besar dan kawan-kawan Komunitas Masyarakat Lumpur. Pada tahun 2016 menerbitkan buku antologi puisi berjudul Melukis Wajah Rindu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bottom Ad [Post Page]

| Blogger Templates - Designed by Colorlib