Arsip Puisi Penyair Madura (Se)-Indonesia

Full width home advertisement

PUISI INDONESIA

PUISI MADURA (SANJA')

Post Page Advertisement [Top]





AENG MERAH

I
Inilah pelayaran yang mengagumkan. Aku berdiri di atas geladak perahu sambil memperhatikan rentang layar dan berdecak-kagum atas perahuku dan pada diriku sendiri. Rasanya pantas aku menepuk dada serta mendongakkan kepala dan berkata kepada Tuhan: Bukankah lautan tidak ada taubahnya dengan garam yang setiap hari aku makan! Aku dan perahuku segera merapat ke sebuah dermaga di mana berkerumun orang menepuk-nepukkan kedua tangannya.



PADA GERIMIS

pada gerimis sekitar pohon cemara
masih kurenungi kekhawatiran ombak.
dengan sepenuh kaku langit-langit di dadamu
menguak helai dingin pada tubuh serta
rumput yang tak sengaja kita injak bersama
gigil –getar pada bibirmu
dan ucapan-ucapan tegang-meregang.
masih pada gerimis
sekitar pohon cemara yang basah
sedikit kulirik matamu manik-manik dan bahasa
yang belum rampung kauucapkan
seperti ombak pecah di tindih buih
tiba-tiba gejolak dadaku membentur langit
di dadamu.
maukah kau memaknai hidup seperti aku memaknaimu?

Bandung, 2010

RASAD

jum’at gagap
sehabis doa dilontar sepenuh tenaga.

asmaraku yang lengket uban-ubanmu berkilauan
meniti kata demi kata. bila bisa kuceritakan ladang
adakah hari tersisa untuk keluh cintamu!

lihatlah setiap anjak kaki perkasa menginjak nasib
tangan dan kepala sama godam mengepal
bila tiba waktu pulang,
segelas minum yang kautuang segera memaksaku jadi raja.

lalu sambil melepas lelah
menggerai keringat dan tawamu luar biasa,
anak-anak dan cucu di halaman mengabar
usia; cinta yang bersemi di hatimu dan padaku
adalah musim subur berkali-kali musim panen.

aku senang
setelah jum’at yang gagap itu
kulontar doa ke langit
sepenuh jangkau sepenuh tenaga.

28 Desember 2011 pukul 5:15

SAJAK BETINA

kuusap punggungmu sepenuh nyeri
sepenuh cintaku bila subuh.

Bandung, 29 Mei 2011


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bottom Ad [Post Page]

| Blogger Templates - Designed by Colorlib