Arsip Puisi Penyair Madura (Se)-Indonesia

Full width home advertisement

PUISI INDONESIA

PUISI MADURA (SANJA')

Post Page Advertisement [Top]


Peracik sampul: Moh. Thohir.
membakar rindu

kalau bukan lantaran rindu
kubuang secarik kertas ini
untuk apa masih melukis wajah
yang mengundang hujan

andai kau dengar serak rindu-menderu
tak ada lagi suara-suara dan sebuah jalan
agar kau merasai rindu

kasih,
kalau bukan lantaran rindu
sudah kubakar kenang senyummu
seperti kau bakar ingatan
tentang aku

2015


candu perih

i
tak perlu yang lain untuk mencintaimu
juga kau. merasakan luka dari nyala api,
laut tanpa gelombang
karang tak berbatu
dongeng angin mati, tanpa perih

ii
suaranya mengiang, menyelinap
lewat jendela kamar
menembus ekstase
kemana aku pergi jika aku mabuk
susuk luka. lalu tembus ke rongga

iii
duh kasih,
kau kah yang menghantam jiwaku
dengan seribu candu keningmu?

iv
duh, gusti yang menyaru badai
berdeburlah ke dadaku
menghapus nama, menghapus luka.

2015


negeri mahapetry

negeri satu

memasuki ruang yang tak bisa dimasuki
sampailah aku pada negeri mahapetry
ketika bulan berada di arah bertentangan
dengan matahari
ia kenakan selendang kain dari kepompong ulat

di sana bergema irama musik petik
menyapa tiap cinta yang mabuk
lagu-lagu

di negeri mahapetry
setiap orang menemukan dirinya
berlari ke dekap suara
ke dekap orang mabuk di rumah-rumah gila

negeri dua

aku mendengar pemberianmu dan
mengenakannya sebelum petang
meski waktu pergi, kau tak ingin melihatku, tapi 
kucukupkan sebelum aku lesap ke negeri-negeri jauh
tempat tiada pelangi setelah gerimis

negeri tiga

kekasih, rebutlah-rebah
di huma tempat orang-orang percaya bila
ranjang adalah cinta
akan kuserahkan diriku untuk bertani di
tubuhmu
menghasilkan padi jangung dan kedelai

di negeri mahapetry ini, kasih
kita akan pejamkan mata
menyatu dengan malam

negeri empat

mengapa pada malam itu kau tak datang
kembang kita layu, kasih
seperti kepergianku ke negeri jauh
tempat sungai, lembah dan bukit menyebut
namamu

negeri lima

boleh aku bertanya, kasih?
kekasih, izinkankan aku bertanya
siapa pengarang jatuh cinta
yang membuat aku merajah sajak
dengan seribu jatuh cinta
hingga aku tertidur lebih dalam.

2015

Hasan Tarowan, lahir di Sumenep, 13 Pebruari 1995. Masa sekolah dia  habiskan dengan menuntut ilmu agama di Pondok Pesantren Mashlahatul Hidayah. Penyuka buah salak dan anggur. Belajar menulis bersama komunitas Kampoeng Sastra Soeket Teki Semarang. Pernah menjabat sebagai Lurah Kampoeng Sastra Soeket Teki tahun 2014/2015. Puisi-puisinya terbit di beberapa koran kampus, media online, dan sosial media. Selain menulis puisi, juga menulis cerpen, essai, artikel dan opini. Saat ini penulis masih tercatat sebagai Mahasiswa Jurusan Hukum Pidana dan Politik Islam UIN Walisongo Semarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bottom Ad [Post Page]

| Blogger Templates - Designed by Colorlib