Arsip Puisi Penyair Madura (Se)-Indonesia

Full width home advertisement

PUISI INDONESIA

PUISI MADURA (SANJA')

Post Page Advertisement [Top]


Perancang sampul: Joko Sucipto.

Silat Pencari Rumput

sebelum matahari mencium pagi
anak-anak membuka mata tidurnya
                                       memulai pemanasan
                             menggerakkan pinggulnya
                                       menyeret saraf-saraf
                          berkaca pada pagi membara.
orang tua menyusul membuka sarung
memberi pemanasan
melincahkan tangan
melincahkan kakinya
lalu mereka bermesra.
                   “celurit-celurit mungil kian tajam
                        celurit-celurit ikut pemanasan
                              celurit-celurit dilincahkan
sekali menebas, gunung-gunung berserakan”
mereka siap mengembara dari semak luka
hingga semak hutan raksasa. menebas pohon-
pohon, menebas tangkai-tangkai
menebas akar-akar, mengupas daun-daun
lahir musim gugur.
    mereka berlomba-lomba mencabik rumput
                       satu per-satu memenggal maut
                      memasukkannya dalam karung
                          dipanggul ke bukit bungkul.
mereka berlomba bersilat
melayat ke lorong-lorong ganas
menutup celurit dengan kulit unggas.
                  _mereka pulang tanpa beban
      membawa makanan hewan ternakan
      dengan hidup penuh kesederhanaan.

Bangkalan, 2014 


Silat Menanam Padi

ibu-ibu bangkit dari sarangnya
mempercantik wajahnya
berdandan, memasang bedak
bercermin di ladang kaca.
                         bapak-bapak memakai celana
                                       memanggul cangkul
                        menuju sawah-sawah leluhur.
pesta kian datang
memanggil hujan ilalang
mengubur huruf telanjang
memasung huruf berkafan.
                    bapak-bapak mencangkul sawah
            menghitung percikan tubuh bernanah
                                    tanah mulai melumpur
                          petak demi petak menyubur.
ibu-ibu menancapkan padi
menyalakan musim-musim mati
satu per-satu ia hitung
napas-napasnya ia gantung.
     _tali diluruskan, benih padi berserakan
pupuk kian ditabur, kaki-kaki tak lagi meluncur.
_air hendak mengalir, mengalirkan airmata leluhur
menuju lorong-lorong doa, terbang mengitari
jagat raya. air hendak tercermin, wajah kusam
hendak mencair, tubuhnya tergores pisau
menunggu anak-anaknya merantau.
                                           “padi o, padi
                   hidup kami bersama engkau
kami pasung nyawa kami di atas tangkaimu
yang menguning tanpa debu”
                                        hari menggelap
        silat menanam padi kian terungkap
menunggu kemarau kian melenyap.

Bangkalan, 2014 


Silat Menanam Kacang

suami di depan
istri di belakang
                                         melempar kacang
         mencium kesucian, awan kian datang
                    menyemburkan percikan hujan
angin kian berguling
memberikan kabar semilir.
                     _mereka mengelilingi petakan
                      seperti imam yang disalatkan
                           memeluk ilham dari tuhan
                    mengubur darah-darah malam.
bongkahan tanah terlempar
genggaman debu jungkir balik
biji-biji kacang meluncur       
lubang-lubang gelap melebur.
                          _kacang-kacang bersemedi
                               bersila di lubang misteri
                              kacang-kacang terbaring
                             alas tidurnya mengering.
mereka menimpun lubang-lubang
debu-debu bergentayangan, menyiram
air kesucian, sebagai doa kesuburan.
                       _kacang-kacang siap bertapa
         empat puluh hari, empat puluh malam
                       menanam diri bersama tuhan
                      menanti alam larut terbenam.
mereka melakukan pemanasan
melenturkan saraf-saraf tuhan
mereka pulang dengan senang.

Bangkalan, 2014


Hayyul MB (Hayyul Mubarok), lahir di Bangkalan, 20 Juli 1995. Sejak tahun 2013 aktif di sanggar seni, sastra, dan budaya Komunitas Masyarakat Lumpur Bangkalan sebagai penulis puisi, cerpen, dan naskah drama, sekaligus menjadi aktor dan sutradara dalam beberapa pertunjukan. Beberapa pertunjukan yang pernah disutradarainya yaitu, Melanggar Kodrat (2013), Ilalang Tua (2014), Hijab Mageni (2014), Keroncong Alas (2014), Mabuk Cinta (2014), Persatuan Bangsa Bebek (2014), Kacong Ko’ong (2014), Hikayat Petani (2014), Jasa Guru (2015), Sidang Diskriminasi (2015). Pernah Melatih SMAN 2 Bangkalan dalam lomba teater tingkat kabupaten berhasil meraih juara satu (2015), Melatih SMKN 1 dalam lomba teater FLS2N berhasil meraih juara 2, melatih SMAN 3 dalam lomba teater FLS2N tingkat kabupaten berhasil meraih juara satu (2016), melatih musikalisasi puisi SMAN 3 Bangkalan meraih juara tiga tingkat Jawa Timur (2016). Puisi-puisinya juga dibukukan dalam antologi puisi bersama Hujan Sayang (2013), Suara Waktu (2014), Permohonan Minoritas (2016), Ije Jela (Tifa Nusantara III, 2016), Klungkung; Tanah Tua, Tanah Cinta (2016), Di Bawah Pohon Willow (2016), Sajak-Sajak Anak Negeri (2016), Matahari Cinta Samudera Kata (2016), dan puisi tunggal yakni Aku Ingin Membunuh Jiwaku Sendiri (2016), Bacok Kemarau Angin (2016), Diary Cintaku (2016), Tanah Kepulangan (2016). Kini, masih menempuh kuliah Pascasarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMS) setelah menyelesaikan S1 di STKIP PGRI Bangkalan. Sekarang sedang mengelola Penerbitan Buku Komunitas Masyarakat Lumpur Bangkalan. hayyul_mubarok@yahoo.com



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bottom Ad [Post Page]

| Blogger Templates - Designed by Colorlib