Arsip Puisi Penyair Madura (Se)-Indonesia

Full width home advertisement

PUISI INDONESIA

PUISI MADURA (SANJA')

Post Page Advertisement [Top]



Lukisan D. Zawawi Imron. Diambil dari Google.


Di Bawah Guguran Kembang Asam

Di bawah guguran kembang asam
sumpahmu menantang
Kini yang mendekapku
lirih angin dari hati logam
Kemarau selalu membersihkan
debu lagi cemburu
Tapi yang kemilau
tetap keringat yang berlelehan
Denyut hidup dalam gamelan
yang menggairahkan seluruh tarian

Serbuk-serbuk mayang siwalan
berhinggapan di dada
Dahaga dan sorga satu getaran
Jika engkau menagih
kukibarkan bendera putih
Jika engkau bertanya kasih
daun-daun di hutan berzikir lirih


Lapar

kupunya nadi
bercabang liku dalam diri
kulihat bulan
berdarah mengaliri nadi

jika malam lapar
lapar mengamuk dalam diri
lapar menderap
mengucap yang tak kumengerti

kunobatkan lapar
jadi topan
yang bersujud di samudra
maka kenyang
bagai bayangan

jika merenung di hati bintang
lapar bergetar di lidah belati
kutusuk diri sendiri
kutu busuk di dalam hati
nyatanya aku telah mati


Kau Sebut

kau sebut cempaka
tapi aku rasakan harumnya bangkai
kau sebut sutera
tapi aku rasakan hamparan duri
di atas bumi yang satu menetas telur beribu:
tawa riangmu perih sumsumku

saat ini kupersembahkan
bangkai untukmu,
sebagai tanda penghormatan
dalam dadamu yang tak berlampu
bulan jelaga berdebur menyalakan tambur

nanah itu,
susu katamu
aku hanya berdenyut
tak kuat membendung rasa jijik


Tanya

hai, bungakah engkau
yang mencibir-cibir pagi tanpa cuaca?
kolam dan batu kagum padamu
meski gelombang
meludahimu dengan seribu pisau
nyatanya kau hanya telunjuk
yang menuding lemari emas
yang menyimpan bangkai-bangkai

dalam mengunyah pecahan kaca
kucoba aku bertanya:
pantaskah bila kumandi
pada air matamu
yang meleleh menyiram melati?


Ranting-ranting Pohon Pun

ranting-ranting pohon pun mati
tapi alangkah deras mengucurkan susu
rumput-rumput di bawahnya
berzikir dengan api:

sungai! sungai!
ke manakah engkau pergi?
di sini muaramu
buah siwalan sangat dahaga

hujan putih pun tercurah
menghangatkan tanah, menghangatkan dada
palu-palu baja beterbangan di udara
membetulkan darah yang salah warna


Proses

semut bertubuh bara
selalu menjalari lorong-lorong nadiku
terakhir ia menggali sumur dalam hati kecil
sedalam-dalamnya
sampai ia lenyap
meninggalkan jejak sajak dan jejak rindu

musim semiku memancur dari sana
menaksir daun-daun atlantis
tangan-tangan langit menabuh gamelan

dinding-dinding menjadi cermin
menjelaskan tampangku yang sebenarnya
seekor badak bercula pena
mengendap-ngendap memasuki wilayah tak terduga

(Puisi-puisi di atas, diketik ulang oleh Farisi Al)


D. Zawawi Imron, penyair, lahir di Desa Batang-Batang, Sumenep, Jawa Timur. Meraih The SEA Write Award (2011). Karyanya, Bulan Tertusuk Ilalang (1982), mengilhami film Garin Nugroho berjudul sama. Kini, ia tetap berkarya di kota kelahirannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bottom Ad [Post Page]

| Blogger Templates - Designed by Colorlib