Arsip Puisi Penyair Madura (Se)-Indonesia

Full width home advertisement

PUISI INDONESIA

PUISI MADURA (SANJA')

Post Page Advertisement [Top]



Sumber: Antennae


Rhapsody: Pada Sebuah Jalan Menikung

sebuah sisi gang gulita: pernah menyimpan seribu macam alasan tentang kegelisahan saat itu
nyanyi-nyanyi rumput_ gigil daun-daun _bahkan kegelisahan yang tersimpan di satu ruang otakku ketika kau datang dengan susut embun dan matahari
malam kukecap begitu gelap ditanganku masih setia menggenggam kecemburuan atas ayat-ayat pertunangan, pernikahan dan ayat tentang janjimu_ berlayar ke arah bulan juga wasiat gending matamu tentang mata yang terejam seribu dzikir
disana, disebuah gunung terjal yang pernah meyulam mimpi-mimpi itu kembali melemparku pada rekayasa ulang tentang tembang anyir jiwamu . juga permainan yang masih belum usai menimbang ragu atas pengabdianku dan sepercik hianat dari lembab bibirmu

ataukah dijalan ini saat matahari mulai bosan menyaksikan pertikaian hati dengan namamu jauh tak terkira melempar jasad yag dulu beradu_simpuh dan menangis dekat pusara yang kugali sebagai muara dari kata-kata
namun sajak tetaplah sajak yang selalu menyimpan ingatan tentang mawar yang kau tanam di jantungku kini telah tumbuh dengan duri membelit gerak tarian yang pernah kau persembahkan untuk purnama
seusai perbincangan: entah yang keberapa
aku seperti menyimak kembali perdebatan angin sebelum badai
dan kau dengan dengan kabar dari cecak yang berunding di balik dinding kamarku
“perempuan yang berlari dengan sebilah belati tak harus bunuh diri, selendang yang ia biarkan terus tergerus angin adalah sisi dari tumbal perjamuan semalam”
tapi baiklah,
aku mengerti saat matahari esok mulai menyapa tubuhku dari mimpi panjang_aku tidak akan pernah berhenti tertawa kepada langit yang saat itu juga mulai menepi ke arah dermaga.
kemudian aku akan menunggu hari itu lagi sebagai hari kedua setelah semua lenyap menyisihkan sedikit percakapan dalam ruang-ruang_bangku-bangku kosong dan tegak dinding lusuh tempat kau menyandarkan tubuhmu sehabis mandi
saat eksekusi malam itu dengan vonis bahwa sebentar lagi jantungku akan terhenti _menyingkap waktu_aku akan kaku kemudian mengingatmu seperti perih yang tak terhenti bahkan sampai dimensi kematian yang kau bangun tadi pagi

Rumah Pengestoh, 11 Agustus 2008

Amin Bashiri, mahasiswa STKIP PGRI Sumenep. Kelahiran Kebunan, 29 Januari 1988. bergiat di Lembaga Kajian Seni Budaya "Pangestoh" Net_ Think Community Sumenep dan Kompolan Pangarang Songennep (KomPaS).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bottom Ad [Post Page]

| Blogger Templates - Designed by Colorlib