Arsip Puisi Penyair Madura (Se)-Indonesia

Full width home advertisement

PUISI INDONESIA

PUISI MADURA (SANJA')

Post Page Advertisement [Top]


Sumber gambar: g/ mawiart.com


NEGERI ASAP

bayang bayang yang bersembunyi pada gumpalan asap
menjadi oposisi luka di hutan riau
menu harapan terbakar dalam perih yang panjang
menjalar pada lipatan waktu
yang menjadi situasi duka di muara dada

maka, terkikislah seluruh mimpi
sebab harapan menjadi situasi duka
karena mimpi yang kita bangun terbakar
dan harapan yang kita bangun juga terbakar
ia dijadikan sebagai tontonan luka
yang menjadikan seluruh jejak tiada

asap yang panjang menjadi oposisi luka
meski surat pelarang dipaparkan di tepian lahan
tak ada satu pun nama yang mengangkis angan
hingga meruntuhkan seluruh harapan nenek moyang

Giliyang, 03 September 2019

 
TEKA TEKI CINTA

sini merapat, sayang
sambil menatap purnama yang tersenyum
pelan pelan ia mendekatmu
atau sekedar berdialog untuk menenagkan hati
atau malam yang bersembunyi itu akan mengulas ngulaskan mimpi
karena kita tidak tahu
kita hanya bisa berdiam meratapi malam

sini merapat, sayang
sambil menatap purnama yang tersenyum
pelan pelan ia mendekatmu
ia bermain dengan teka teki cinta
atau sekedar menyapa luka di dada

tunggu sebentar, akan kubukakan pintu
untuk mempersilahkan rindu berteduh di ruang sepimu
kamu diam di sini,
tinggal mempersilahkan masuk ke hati

Giliyang, 09 September 2019


SUATU KETIKA DI PANTAI LOMBANG

1/
mampukah kulukis samar wajahmu di pantai pasir ini?
setelah  gelombang menghapusnya tiada
dengan belukar hati yang pasang surut
menghantam segala air mataku membeku
sesekali ombak berdiam di tubuh laut
meruntuhkan segala kenangan
yang melintasi lorong waktu berliku-liku

2/
mampukah kulukis samar wajahmu di pantai pasir ini?
setelah angin sakal melintasi pohon cemara
segala harapan gugur di ranting waktu
menyapu habis segala rindu yang berdiam
menghapus segala jejak dari penantian yang pualam

3/
satu kali lagi aku bertanya:
mampukah kulukis samar wajahmu di pantai pasir ini?
ketika memar tubuhku tak lagi menyatu
                        
Giliyang, 14 September 2019



RAHEM, pria kelahiran Sumenep 20 April 1999. Alumnus Miftahul Ulum Bancamara Giliyang dan Nasy'atul Muta'allimin Gapura Timur, Gapura Sumenep. Semasa di sekolah aktif di Komunitas ASAP (Anak Sastra Pesantren) dan Sanggar Relaxa. Saat ini aktif di Kelas Puisi Bekasi, beberapa puisinya terkumpul dalam beberapa event, diantaranya : Antologi Gus Punk (Pelataran Sastra Kaliwungu 2018), Sahabat (2018), Surat Berdarah diantara Gelas Retak (2019), Tanah Air Beta (2019), Jazirah II (Festival Sastra Internasional Gunung Bintan 2019), Antologi Membaca Asap (Antologi Puisi Penyair Serantau 2019) dan Antologi Puisi untuk Bj. Habibie (2019). Dan tersiar di beberapa media massa, seperti Radar Madura, Radar Cirebon dan Bangka Pos. Tahun 2017, puisi berbahasa maduranya dinobatkan sebagai juara II di STKIP PGRI Sumenep.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bottom Ad [Post Page]

| Blogger Templates - Designed by Colorlib