Arsip Puisi Penyair Madura (Se)-Indonesia

Full width home advertisement

PUISI INDONESIA

PUISI MADURA (SANJA')

Post Page Advertisement [Top]


Lukisan Tradisional Motif Nelayan

Bapak Kembali Melaut



usai berpuas-puas laut

memeram semerbak karangnya

sampailah kini aroma itu ke lambung kampung

kembalilah bapak membantai ombak

malam-malam semakin suam

pelita doa menyala biru dari sajadah ibu

angin menjilat-jilat

ikan-ikan merapat

sembuhkan alat-alat dapur yang sekarat



seranum pipi sore

bapak pulang menggenggam senyum cumi

hiasan cantik di jaring teri

memasaknya ibu bagi gundah lidah

dengan sumringah nasi jagung

kuah hitamnya mencecap sedap rongga basmalah



yakinlah

bukanlah laut selama ini tidak acuh

akan kerontang dada nelayan

hanya barangkali menguji kesetiaan sampan

atas kecemburuannya terhadap perantau

pencampak penghasilan asal



sebagaimana cita ladang petani jual

pelayaran pun ditakwil hidup yang lebih selundup

ke perut petaka

perahu-perahu menggerutu

turut tenggelam ke lubang saku

disihir jadi bertumpuk-tumpuk toko jelita

berdesakan di jakarta



Sumenep 2017



Panen Jagung



tik petik mari kau petik

sebelum gigi rayap atau tikus

semakin mencemberutkanmu

dalam kobar yang tak terbayar



tabahlah jika genggaman kini

tidak seanugerah dulu-dulu lagi

namailah ujian atau kutukan

atas keedan-edanan zaman



namun jangan sesekali patah

untuk kembali menghijaukan

tanahmu yang gelebah ambigu

dijajah dosa dan kota angkara



tik petik mari kau petik

syukuri perih sayat hayat ini

disengat deras keringat sendiri

pun gatal-gatal dari luluh tubuh



jadikan wasiat paling berkat

akan anak-cucu modernmu itu

bahwa hidup bukan kulit langit

yang selalu biru dan bercahaya



bahkan katakanlah ke takdir

soal bumi nan usang hakikatnya

bakal tetap kau perjuangkan

dengan ruah darah arus airmata



tik petik mari kau petik

buahku yang kian siap telanjang

dijual ditanak maupun disimpan

bekal masa depan buram muram



masa-masa di mana bijiku

tak tentu orang-orang masih acuh

tersebab mereka lebih memilih

kilau mimpi khianat di perantauan



dan kau-kau yang sedang setia

pada tangisku musim demi musim


mudah-mudahan bertahan iman

meratapi kehancuran mendatang



Sumenep 2017


Daviatul Umam, lahir di Sumenep, 18 September 1996. Alumni Pondok Pesantren Annuqayah daerah Lubangsa ini merupakan mantan Ketua Umum Sanggar Andalas, sekaligus aktivis beberapa komunitas teater dan sastra lainnya. Sebagian karyanya dipublikasikan di sejumlah buku antologi bersama serta media cetak dan online. Sesekali juga dinobatkan sebagai pemenang atau nominasi di antara sekian lomba cipta puisi, lokal maupun nasional. Berdomisili di Poteran Talango Sumenep, Madura.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bottom Ad [Post Page]

| Blogger Templates - Designed by Colorlib