Arsip Puisi Penyair Madura (Se)-Indonesia

Full width home advertisement

PUISI INDONESIA

PUISI MADURA (SANJA')

Post Page Advertisement [Top]





DI KEDAI JABMINA

Di kedaimu, aku tak menemukan hujan
Apalagi dingin yang tajam

Aroma kopi mengepung

Tapi jangan kau tanyakan
Berapa lama lagi aku akan bergeser
Dan kembali lagi ke kedaimu ini?

Cinta adalah kemungkinan daun jatuh

Mari kita nikmati seentah mungkin
Aroma kopi ini—selagi tuhan berbaik hati

Di kedaimu aku tak pernah peduli
Segala yang jatuh di luar: cahaya
Atau suara burung hantu

Tapi jangan kau tanyakan
Semenjak di kedai ini
Kau sama sekali tak bersama istri?

Perempuan adalah rahasia hati

Dilambungkannya mimpi-mimpi yang tinggi
Hari-hari yang bakal datang dan baru

Oh, aku tetap di kedai ini
Mendzikirkan masa lalu

Kutub, 2015

SELEMBAR DAUN SIRIH

Pada selembar daun sirih itu
Aku menaruh mimpi
:Kota yang tenang dari luka-luka hati

Dan pada ruasnya, anak-anak muda
Sudah bisa meraba masa depan yang lebih waras

Membiasakan diri peduli
Pada bumi pertiwi

Pada selembar daun sirih itu
Kutitip sajak ini
Tanpa amuk dan kapak

Semoga terjaga sepanjang hayat.

Krapyak, 2015


KUKECUP TERANG
BERSAMA LANCIP PUISI

Di pagi yang bangkit dari alis matamu
Nyanyian burung murai mengiringiku
--Memburu nasib dan waktu
Betapa sering yang sia-sia lebih awal
Membentangkan diri dijagat bumi

Kukecup terang bersama lancip puisi
Memanggil udara, cinta, dan pesona
Kutangkap peristiwa yang terkadang sepi
Sesekali menyenandungkan luka-luka hati

Ke dalam kata, ke dalam diri
Sama-sama waktu adalah tanda tanya

Kutub, 2015

DI KAMAR 23

Aku lupa menutup gorden
Tiba-tiba malam masuk ke dalam kamar
Hinggap di pelupuk mata
Mungkin aku sedang tak berkhayal
Atau khayal yang sedang mungkin
:Bahwa kau sedang berjalan disepanjang rel
Membaca nomer kereta yang lewat
Antara sepi dan riuh rendah gelisah hati

Angin mungkin sama
Di sampingmu—di sampingku
Bila dingin akan sama-sama dingin
Tapi di kamar 23 ini
Aku sedang tidak berhayal
:Bahwa kau tetap berjalan sepanjang rel
Menghitung satu, dua kereta yang lewat malam ini
Menenggelamkan ketakutan akan kemungkinan lain
Di hadapan waktu yang terus laju

Silau cahaya
Seperti matahari yang terbit suatu pagi
Di kamar ini aku tak sendiri.

Krapyak, 2015



Anwar Noeris, Lahir di Sumenep, Madura 19 Februari 1995. Bergiat di Lesehan Sastra Kutub Yogyakarta (LSKY) dan Nyantri di Pondok Pesantren Mahasiswa Hasyim Asy'ari, Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bottom Ad [Post Page]

| Blogger Templates - Designed by Colorlib