Arsip Puisi Penyair Madura (Se)-Indonesia

Full width home advertisement

PUISI INDONESIA

PUISI MADURA (SANJA')

Post Page Advertisement [Top]





Tahajjud Pantura

Di sepertiga malam yang terakhir
engkau menekur di atas sajadah, betapa indah
kaulihat anak istrimu terlelap saat kaujaga
kaukhusyuk dan tenang dalam berdoa

Di sepertiga malam yang terakhir
aku mengelih dengan tajam, betapa capai
kulihat hanya kegelapan atau lampu kendaraan
dipermainkan tempo lalu lintas yang sinkop
ngebut di jalan lurus, macet karena perbaikan jalan

Putar tasbihmu, kumainkan setirku

Kalau engkau tergoda rasa kantuk
aku pun begitu, tergoda suntuk
engkau mengantar diri; khusyuk ke alam masyuk
aku menahan diri; rindu keluarga menghiruk-pikuk

Lantas, di mana kita bertemu?
jika itu kelak, tempatnya bernama surga
jika itu kini, tempatnya bernama doa
dalam khusyukmu menaklukkan malam
dalam khusyukku menyelinapi banyak kendaraan


Sungkan aku bertanya,
doa siapa yang akan segera terkabul?
engkau selamat dari ragu, dari takbir sampai salam
aku selamat dari celaka, dari agen sampai terminal
bukan karena amal dan kepiawaian kita
namun karena kasih Tuhan yang sama semata

2/2/2014
Diposkan oleh M. Faizi pada 01 April 2014 di blog sareyang.

Kamu Mirip Kue Tart

Kamu mirip kue tart, kena senggol sedikit langsung rusak
mengapa kamu rapuh, padahal elok tubuhmu itu seluruh?

Kalau kamu ingin aku mengikutimu
jangan ikat aku diseret, tapi buat dirimu menarik
berjubah amanah, tak mudah goyah
tak perlu cocok hidungku dengan jarimu
khawatir, nanti terkena colek pula mataku

Kamu mirip kue tart, kena senggol sedikit langsung rusak
engkau kekar dalam bentuk, tapi kerempeng dalam isi
orang lapar tak butuh muluk, nasi dan lauk lebih dicari

Kalau kau ingin aku manis memuji, bersifatlah kanaah
hanya kepada rakyat, memberi; hanya kepada Tuhan, menadah
namun, jika imanku kamu bayar dengan rupiah
di dalam pestamu, 5 menit aku sih bisa setia

tapi untuk 5-10 tahun lamanya, mana mungkin aku percaya?

23/4/2014
Diposkan oleh M. Faizi pada 23 April 2014 di blog sareyang

Tahu dan Tidak Mau Tahu

Guru: Mengapa engkau tak mau duduk dalam pengajianku?

Murid: Karena andai engkau katakan bahwa berbohong itu salah, maka aku akan berdosa sebab aku masih suka berbohong.

Guru: Baiklah, jika engkau tak mau mendengar, tapi mengapa engkau tak pernah membaca?

Murid: Jika membaca membuatku tahu bahwa kikir akan mengeraskan hati, aku takutkan itu karena aku memang demikian. Bukankah lebih baik aku tidak tahu dan aku tidak mendapatkan hukuman karena ketidaktahuanku?

Guru: Tak sempat mendengar hikmah tentang kejujuran membuatmu tak bersalah jika engkau berbohong; tak membaca hikmah berderma juga tak membuatmu bersalah jika engkau kikir. Namun, kamu harus belajar untuk itu semua. Sebab, dengan tidak mau belajar, engkau akan salah dalam segala-galanya.

Diposkan oleh M. Faizi pada 30 Juni 2014 di blog sareyang

Nisfu Ramadhan

Setelah dilurup gelap dalam semalam
subuh datang mengantar cahaya
putik-putik pendarnya
berjatuhan dari atas jumantara

Ada yang jaga mengintai malam
bersama cemas pada bekal amal
ada yang lelap digulung kerja
tanpa takut kecuali upah tertunda

Dingin dan sunyi
memangkas malam jadi pendek sekali
doa panjang seorang pendosa
dan air matanya, menetes dari langit
tak habis-habis untuk menangis
bulan istimewa yang lewat begitu saja

24/07/2013
Diposkan oleh M. Faizi pada 14 Juli 2014 di blog sareyang

Nenek Moyang Ilmu Pengetahuan
(Sebuah Memoar Masa Kecil Yang Kian Menghilang di Kehidupan)

Kilatan berkas cahaya di langit
melintas rendah sehabis Maghrib
"Seorang malim segera pergi..."

Itu bukan meteor, itu bukan benda langit
hanya cahaya yang melintas dekat
selepas ghurub

Lalu, ada kala seberkas cahaya
melintas tinggi di jumantara malam
membawa curiga dalam hati
"Itu cerawat yang dibawa setan
seseorang akan buncit perutnya
lalu meninggal dengan sengsara"

Itu juga bukan benda langit
sebab, ia tak jatuh melayang ke bumi
membuat kerusakan

Kami belajar pada alam
membaca tanda duaja dan perubahan
pada angin, pada cahaya dan gelap
pada nanar, pada mimpi dan kenyataan

Pengetahuan beranak pinak
dari pengalaman dan khayalan
kami belajar melapangkan ruang penafsiran
belakangan, sarjana-sarjana setelah kami
mencari wahyu-wahyu ilmiah
di laboratorium dan perpustakaan

Pengalaman dan khayalan
puisi dan pepindannya
merupakan leluhur kami
nenek moyang ilmu pengetahuan

25/08/2009
Ditulis ulang oleh Rusdy Umar dalam pembuakaan ulasan puisi terhadap puisi di diposkan ulang oleh M.Faisi pada 03 Oktober 2014 di blog sareyang


Dua Belas Gurindam Pengantin

Sidang faqir duhai mempelai
inilah khutbah dalam gurindam

Wahai pengantin yang bahagia
ikutlah sunnah sabda mulia

Gelimang hidup bukanlah harta
tabah derana itulah dia

Rumah tanggamu bagai madrasah
tempat belajar tingkah dan polah

Bila terjadi khilaf dan salah
mohon wali-mu memberi petuah

Dengan tetangga dan handai taulan
saling berbagi dan pengertian

Tak ada insan yang sendirian
mampu bertahan tanpa bantuan

Janganlah kikir dan juga congkak
di bumi Allah hanya berlagak

Janganlah langgar adat leluhur
pahami ia dengan tafakkur

Jika tersiar orang bergunjing
kuatkan hati jangan terpancing

Kepada mertua sila berkhidmah
seperti menghormat ibu dan ayah

Kepada Allah mari berserah
semua urusan supaya mudah

*) puisi ini dipesan oleh KH Abdul Basith AS kepada saya pada suatu hari di bulan puasa 1435 H, tepatnya 5 Ramadhan  atau 3 Juli 2014 untuk dipersembahkan sebagai bagian dari kado pernikahan putrinya, Fikriyah dengan Ainul Haq

Diposkan oleh M. Faizi pada o6 Desember 2014 di blog sareyang

M. Faizi Lahir di Sumenep 27 Juli 1975. Lulusan Pasca sarjana Imu Sastra UGM 2004. Karya tulisnyaesai, terjemahan cerpen, dan terutama puisidimuat di Republika, Pikiran Rakyat, Ulumul Quran, Kompas, Serambi Indonesia, Suara Muhammadiyah, MPA, Kedaulatan Rakyat, Memorandum, Jawa Pos, Romansa, Bhakti, ..
Lahir di Sumenep 27 Juli 1975. Lulusan Pasca sarjana Imu Sastra UGM 2004. Karya tulisnyaesai, terjemahan cerpen, dan terutama puisidimuat di Republika, Pikiran Rakyat, Ulumul Quran, Kompas, Serambi Indonesia, Suara Muhammadiyah, MPA, Kedaulatan Rakyat, Memorandum, Jawa Pos, Romansa, Bhakti, Radar Madura, Riau Pos, Lampung Post, Banjarmasin Post, Fajar, Horison, Pedoman Rakyat, Bahana (Brunei Darussalam) dan beberapa majalah kampus serta media cetak lainnya. Puisi-puisinya juga terkumpul dalam antologi puisi bersama; sementara karya-karyanya yang telah dibukukan adalah: Madah Makkiyah (edisi terbatas 1997: puisi); 18+ (Diva Press, Jogjakarta, 2003: puisi); Sareyang (Pustaka Jaya, Jakarta, 2005: prosa lirik); Cinta ½ Hati (Diva Press, Jogjakarta, 2005: populer); Idologi (Nuansa Cendekia, Bandung, populer); Rumah Bersama (Diva Press, Jogjakarta, 2007), Walisongo (Kalam Kalbu Indonesia, Jogjakarta, 2007), Bukan Pahlawan Kesiangan (Pusat Perbukuan Nasional, DEPDIKNAS).
Karya terjemahan yang sempat dibukukan, antara lain: Senandung Burung Pipit (Bayu Indra Grafika, 1995); Penggali Kubur (Pustaka Jaya, 1999); Indahnya Kematian (Diva Press, 2002); Majnun (Pustaka Jaya, 2004), dan; Wanita Muslimah (Darussalam Press, 2004). Ia juga mengeditori sejumlah buku terjemahan, di antaranya cerpen-cerpen karya Najib Mahfoudh dan Khalil Gibran.
Penghargaan yang diperoleh: Juara pertama lomba cipta puisi Mahasiswa se-Daerah Istimewa Jogjakarta (1995): penghargaan dari Sri Sultan Hamengkubuwono IX; Juara ketiga Lomba Mengulas Karya Sastra (LMKS) tahun 2005 antarguru bahasa dan sastra Indonesia tingkat Nasional yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, DEPDIKNAS, dan; Juara harapan ketiga Sayembara Penulisan Naskah Buku Bacaan Tahun 2006 yang diselenggarakan oleh Pusat Perbukuan Nasional, DEPDIKNAS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bottom Ad [Post Page]

| Blogger Templates - Designed by Colorlib