Arsip Puisi Penyair Madura (Se)-Indonesia

Full width home advertisement

PUISI INDONESIA

PUISI MADURA (SANJA')

Post Page Advertisement [Top]



KEMBANG MERAH

Ringkik kuda itu memekakkan malam, berderap menyusur aspal jalanan. Pekak ladam memukul pendengaran. Payung hitam di atas ribuan kepala diguyur lampu jalan, mengabadikan pasangan remaja yang tengah menabur kembang merah. Lengan sungai merngkul dingin, dan kesunyian yang hijau bersama tumpahan gerimis berjatuhan dari rambutmu. Dan dua mata mengintip dari cadar malam, menghitung guguran pedih dari atap-atap waktu yang berkarat.

DAUN 1

Angin mematahkan pegangan
Tangkai melepas lekatan
Aku berlayangan
Rebah mencium daratan


DENTANG GENTA

Dentang genta dalam jantungku
selalu berpacu dengan waktu
menggugurkan angka-angka
yang berlekatan pada usia

RIWAYAT SEBUAH PINTU

Daun yang melekat pada tiangmu,menjaga waktu,
serta lalu-lalang di situ
jalan masuk sebuah kamar jalan keluar ke halaman
celah, tempat orang-orang lewat
celah, tempat hati tertambat

KELELAWAR

Mamalia hitam itu keluar dari rongga dada mencari buah cahaya yang matang di ranting malam. Kelepak sayap bersedekap di antara putikan doa yang berguguran disela dedaunan rindu. Hanya kemeresak yang terdengar dan gedebuk ranum buah berjatuhan di pungggung petang.

Bebijian berserakan tersesap tanah seresah, menunggu musim basah. Ada dengkur di antara gairah gemuruh angin di musim kering. Saat-saat dingin memekarkan kembang asam. Kembang kecut yang harus dihirup. Namun bukan itu makna hidup. Kembang yang menunggu waktu berbuah tiba dan biji-biji kembali menjatuhkan diri di haribaan bumi. Bumi yang menyimpan daging buah kesabaran. Buah yang bergelantungan di tangkai-tangkai bulan. Di kelembaban air mata, bebijian menyuburkan belantara dan butir-butir cahaya berjatuhan dari lancip umur bersama ceriv\cit mamalia menggelantung di lubang matahari.

2011

ADENIUM

Mahkota merah muda menyala, di atas junjungan kepala sang raja.
Mahkota yang ditopang batangan cuaca yang terbakar
dan guguran prajurit hijau di bawah terkam pisau cahaya.
Bila kau cium wanginya, jangan lupa mengiriminya segenggam cahaya pagi
dan sedikit airmata, sumber mata air yang akan mengambangkan bahagia.

2011

LARVA

Bulu-bulu berledakan dari tubuhmu. Tubuh yang telah kehilangan keseimbangan dan terkontamninasi; sacharine, pestisida, formalin dan toksin biokimia. Butiran borax menetaskan ulat. Fungisida menjamurkan belatung. Tubuhmu meledak mencari dedaun. Memburu anghin dan memburu air. Bulu-bulu tubuh menjadi semak belukar. Menyimpan bisik-bisik, juga rencana meniadakanmu. Kupu-kupu tak lagi mencium putik madu, kehilangan norak bunga. Maka, di hijau daun-daun muda ia letakkan ratusan bom yang siap diledakkan hujan dan matahari. Bom yang menyimpan dendam juga rindu. Serindu kau tak berbagi dengan kekasih.

Serpihan tubuhmu berledakan, bulu yang berwarna kelabu di batang-batang syahwat dan hasrat. Di batang ingatan yang lupa. Di reranting usia yang sia. Bulu-bulu menjadi duri-duri. Jadi pepohon yang berderet di tepian kali dengan tangan-tangan hitam oleh kenangann yang tenggelam dalam lumpur kalimarengan. Kali yang dipenuhi rerambut gimbal Hydrilla yang merambat di antara bekas bungkus swalayan.

Serpihan bulu memenuhi jalan raya menjadi rambu-rmabu, marka jalan. Memanjati dinding rumah membentuk sketsa pemburu di dinding gua zaman batu. Memasuki lembaran-lembaran kitab yang selalu dilantunkan di deret waktu. Ia memakan abjad, tanggallah potongan ayat. Ia hisap tintanya hingga kalimat jadi senyap. Memasuki matamu, menutup pandang lalu memasuki kepompong waktu.

Tubuhmu bergelantung dengan seutas nilon menjerat leher. Dari setiap pori tubuhmu ulat-ulat bertetasan dengan cairan coklat kehitaman menggenangi ruang, memasuki gorong-gorong. Menyusuri sungai, menuju laut pasang dalam dadamu.

2011

Hidayat Rahardja, lahir di Sampang, 14 Juli 1966. Lulus D III IKIP Surabaya. Tulisannya dipublikasikan di Karya Darma, Surabaya Post, Republika, Swadesi,Pikiran Rakyat, Singgalang, Horison, dll. Karyanya : Puisi PariwisataIndonesia (ap), Tanah Kepahiran (ap), Refleksi Setengah Abad Indonesia Merdeka (ap), Songket  (ap), Negeri Banyang-Bayang (ap), Negeri Impian (ap), Memo Putih (ap, 2000), dll.

Catatan Si Tukang Arsip : Puisi ini diambil dari blog pribadi pengarang.  Diposting pada tanggal 14 Juli 2011 (Kembang Merah| Daun 1| Dentang Genta| Riwayat Sebuah Pintu), 07 Juni 2011 (Kelelawar | Adenium), 01 Mei 2011 (Larva). Biografi Penyair di ketik ulang dari : Korie Layun Rampan, Leksikon Susastra Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, ), hlm. 195-196.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bottom Ad [Post Page]

| Blogger Templates - Designed by Colorlib